A.
PENGERTIAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistim yang di dasarkan pada alasan
bahwa manusia sebagai makhluk individu yang berbeda satu sama lain sehingga
kosenkuensi logisnya manusia harus menjadi mahluk social, makhluk yang
berinteraksi dengan sesama.
Belajar kooperatif merupakan kegiatan yang berlangsung dalam lingkungan
belajar sehingga siswa dalam kelompok kecil saling berbagi ide – ide dan
bekerja sama untuk menyelesaikan tugas akademik.
Dafidson & Kroll
menyatakan bahwa di dalam belejar kooperatif, siswa tidak hanya di tuntut
secara individual berupaya untuk mencapai sukses atau berusaha mengalahkan
rekan mereka, melainkan dituntut untuk dapat bekerja sama untuk mencapai hasil
bersama, aspek social sangat menonjol dan siswa di tuntut untuk bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya.
Selain itu, Salvin juga
berpendapat bahwa belajar kooperatif adalah siswa belajar dalam kelompok kecil
yang bersifat heterogen dari segi gender, etnis dan kemampuan akademik untuk
saling membantu satu sama lain dalam mencampai tujuan bersama. Selain dapat di
gunakan untuk siswa yang bersifat heterogen, belajar kooperatif juga dapat di
gunakan pada setiap jenjang pendidikan mulai tamak kanak- kanak sampai
perguruan tinggi, dalam semua bidang materi dan sembarang tugas.
Model pembelajaran kooperatif di kembangkan untuk mencapai hasil belajar
akademik, model pembelajaran kooperatif juga efektif untuk mengembangkan
keterampilan social siswa.
Jadi belajar kelompok dengan cara kerja sama antar siswa dapat mendorong
timbulnya gagasan yang lebih bermutu dan meningkatkan kreativitas siswa,
pembelajaran juga dapat mempertahankan nilai social bangsa Indonesia yang perlu
dipertahankan. Ketergantungan timbal balik mereka memotivasi mereka untuk dapat
bekerja lebih keras untuk keberhasilan mereka.
B.
TUJUAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Tujuan penting dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan
kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaburasi. Keterampilan ini amat
penting untuk di miliki di dalam masyarakat di mana banyak kerja orang dewasa
sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantungan satu sama
lain dan dimana masyarakat secara budaya semakin beragam.
Menurut Linda Lungren dalam (
Ibrahim, dkk.2000 : 18 ) ada beberapa manfaat/ tujuan pembelajaran
kooperatif bagi siswa dengan prestasi belajar yang rendah, yaitu:
1.
Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas.
2.
Rasa harga diri menjadi lebih tinggi.
3.
Memperbaiki sikap terhadap IPA dan sekolah.
4.
Memperbaiki kehadiran.
5.
Angka putus sekolah menjadi rendah.
6.
Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih
besar.
7.
Perilaku menggangu menjadi lebih kecil.
8.
Konflik antar pribadi berkurang.
9.
Pemahaman yang lebih mendalam.
10. Motivasi
lebih besar.
11. Hasil
belajar lebih tinggi.
12. Retensi
lebih tingg.i
Jadi, pembelajaran kooperatif mencerminkan pandangan bahwa manusia
belajar dari pengalaman mereka dan partisipasi aktif dalam kelompok kecil
membantu siswa belajar keterampilan social yang penting, sementara itu secara
bersamaan mengembangkan sikap demokrasi dan keterampilan berpikir logis.
Menurut Johson terdapat lima
(5) unsure penting dalam belajar kooperatif, yaitu sebagai berikut:
1.
Saling Ketergantungan Positif
Dalam
belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja sama untuk
mencampai satu tujuan dan terikat satu sama lain.
Seorang
siswa tidak akan sukses kecuali semua anggota kelompoknya juga sukses.
2.
Interaksi Antar Siswa
Belajar
kooperatif akan meningkatkan interaksi antar siswa. Hal ini terjadi dalam hal
seorang siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok.
Saling memberikan bantuan ini akan berlangsung secara alamiah karena kegagalan
seseorang dalam kelompok mempengaruhi suksesnya suatu kelompk tersebut. Jadi,
untuk mengatasi masalah ini, siswa yang membutuhkan bantuan akan mendapatkan
dari teman sekelompoknya. Interaksi yang terjadidala belajar kooperatif adalah
dalam hal tukar menukar idemengenai masalah yang sedang di pelajari bersama.
3.
Tanggung Jawab Individual
Tanggung
jawab individual dalam belajar kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam
hal:
a.
Membantu siswa yang membutuhkan bantuan
b.
Bahwa siswa tidak dapat hanya sekedar mencontek pada
hasil kerja teman sekolompoknya.
4.
Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil
Dalam
belajar kooperatif, selain dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan
siswa lain dalam kelompoknya. Bagaimana siswa bersikap sebagai anggota kelompok
dan menyanpaikan ide dalam kelompok akan menuntut keterampilam khusus.
5.
Evaluasi proses kelompok
Belajar
kooperatif tidak akan berlangsung tanpa proses kelompok. Proses kelompok
terjadi anggota kelompok mendiskusikan bagaimana meraka akan mencapai tujuan
dengan baik dan membuat hubungan kerja sama yang baik.
Karakteristik
Pembelajaran Kooperatif Adalah:
Siswa bekerja dalam kelompok untuk menuntaskan
materi balajar
Kelompok di bentuk dari siswa yang memiliki
keterampilan tinggi, sedang dan rendah.
Bilamana mungkin , anggota kelompok derasal dari
ras, budaya, suku, dan jenis kelamin yang berbeda.
Penghargaan lebih berorientasi kelompok
ketimbang inidvidu.
Konsep utama dari belajar kooperatif menurut Slavin adalah sebagai berikut:
v
Penghargaan kelompok, yang akan di berikan jika
kelompok mencampai criteria yang di tentukan.
v
Tanggung jawab individual, bermakna bahwa
suksesnya suatu kelompok tergantung pada belajar individual semua anggota
kelompok. Tanggung jawab ini terfokus dalam usaha untuk membantu yang lain dan
memastikan setiap anggota kelompok telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan
yang lain.
v
Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna
bahwa siswa telah membantu kelompok dengan cara meningkatakan belajar mereka
sendiri.
Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran
Kooperatif
Belajar koopertif mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan
1. Kelebihan belajar kooperatif:
Kelebihan belajar kooperatif menurut Hill & Hill antara lain:
a.
Meningkatkan prestasi siswa.
b.
Memperdalam pemahaman siswa.
c.
Menyenangkan siswa.
d.
Mengembangkan sikap kepemimpinan.
e.
Mengembangkan sikap positif siswa.
f.
Mengembangkan sikap menghargai diri sendiri.
g.
Membuat belajar secara inklusif.
h.
Mengembangkan rasa saling memiliki.
i.
Mengembangkan keterampilan untuk masa depan.
Kelebihan Belajar Kooperatif menurut Johnson & Johnson, antara lain:
a.
Siswa dapat belajar lebih banyak.
b.
Siswa lebih menyukai lingkungan persekolahan.
c.
Siswa lebih menyukai satu sama lain.
d.
Siswa mempunyai penghargaan yang lebih besar terhadap
diri sendiri.
e.
Siswa belajar keterampilan social secara lebih efektif.
Menurut
Ibrahim belajar kooperatif lebih
unggul dalam meningkatkan hasil belajar dari pada dengan belajar Kompetitif dan
Individualistik. Lebih lanjut Ibrahim menyatakan
bahwa belajar kooperatif dapat mengembangkan tingkah laku kooperatif dan
hubungan lebih baik antar siswa, dan dapat mengembangkan kemampuan akademik
siswa. Siswa belajar lebih banyak dari teman mereka dalam belajar kooperatif
dari pada guru.
2. Kelemahan belajar kooperatif
Selain memiliki kelebihan, belajar kooperatif juga memiliki kelemahan,
adapun kelemahan belajar kooperatif antara lain:
a.
Membutuhkan waktu yang lama bagi siswa, sehingga sulit
mencapai target kurikulum.
b.
Membutuhkan waktu yang lama untuk guru sehingga
kebanyakan guru tidak mau menggunakan strategi belajar kooperatif.
c.
Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua
guru dapat melekukan atau menggunakan strategi belejar kooperatif.
d.
Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka
bekerja sama.
Meskipun
belajar kooperatif memiliki kelemahan – kelemahan, namun masih dapat diatasi
atau diminimalkan. Penggunaan waktu yang relative lebih lama dapat di atasi
dengan cara menyediakan lembar kerja siswa ( LKS ) sehingga siswa dapat bekerja
secara efektif dan efesien.
Penerapan
belajar kooperatif memang memerlukan keterampilan khusus dari guru, sehingga
semua guru dapat menerapkan kooperatif tersebut. Kelemahan – kelemahan belajar
kooperatif dapat di atasi dengan pendekatan sosiologi bahwa manusia tidak dapat
hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh sebab itu siswa merasa perlu
belajar sama dan berlatih bekerja sama dalam belajar secara kooperatif.
C. JENIS – JENIS PEMBELAJARN KOOPERATIF
Belajar kooperatif dapat bebeda dalam banyak cara, tetapi dapat
dikatagorikan sesuai dengan sifat: 1. Tujuan kelompok,
2. Tangung jawab
individu,
3. Kesempatan yang sama untuk sukses,
4. Kompetisi kelompok,
5. Spesialis tugas,
6. Adaptasi untuk kebutuhan indifidu.
Menurut
Slvin terdapat berbagai model/jenis
atau tipe belajar kooperatif diantaranya adalah STAD, Jigsaw,dan investigasi
kelompok.
1.Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Team Achievement Division
(STAD)
Pembelajaran
kooperatif tipe STAD (Studens Team Achievement Division), tipe ini dikembangkan
pertama kali oleh Robet Slavin dan teman
–temannya di Universitas John Hopkins
dan merupakan model pembelajaran kooperatif paling sederhana , masing –masing kelompok memiliki kemampuan
akademik yang heterogen,sehinga dalam satu kelompok akan terdapat satu siswa
berkemampuan tinggi, dua orang kemampuan sedang dan satu siswa lagi
berkemampuan rendah.
Para
guru pengguna metode STAD untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa
setiap minggu,baik melalui pengajian verbal maupun tertulis.
Kelebihan dalam pembelajaran
kooperatif tipe STAD adalah:
Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bekerja sama dengan siswa lain.
Siswa dapat menguasai pelajaran yang di
sampaikan.
Dalam proses belajar mengajar siswa saling
ketergantungan positif.
Setiap siswa dapat mengisi satu sama lain.
Kekurangan pembelajaran kooperatif
tipe STAD adalah :
Membutuhkan waktu yang lama.
Tes, siswa di berikan kuis dan tes secara
perorangan. Pada tahap ini setiap siswa harus memperhatikan kemampuannya dan
menunjukan apa yang diperoleh dalam kegiatan kelompok dengan cara menjawab soal
kuis atau tes sesuai dengan kemampuannya. Pada saat mengerjakan kuis atau tes
ini, setiap siswa bekerja sama dengan anggota kelompoknya.
Penghargaan terhadap kelompok, berdasarkan skor
peningkatan individu diperoleh skor kelompok. Dengan demikian, skor kelompok
sangat tergantungdari sumbangan skor individu.
2.Pembelajaran Tipe Jigsaw
Jigsaw
telah di kembangkan dan di uji oleh Elliot Aronson dkk di Universitas Texas
dan kemudian di adaptasi oleh Slaven
dkk di Universitas Jhon Hopkins.
Langkah –
langkah model Jigsaw di bagi menjadi 6 tahapan, yaitu :
Meyampaikan tujuan belajar dan membangkitkan
motivasi
Menyajikan informasi kepada siswa dengan
demonstrasi disertai penjelasan verbal, buku, teks, atau bentuk lain
Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok belajar
Mengelola dan membantu siswa dalam belajar
kelompok dan kerja di tempat duduk masing – masing
Mengetes penguasaan kelompok atas bahan ajar
Pemberian penghargaan atau pengakuan terhadap
hasil belajar siswa
Dalam pelaksanaan, pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memiliki kelebihan
dan kekurangan.
Kelebihannya yaitu :
Setiap siswa dapat mengisi satu sama lain.
Siswa dapat menguasai pembelajaran yang di
sampaikan.
Dalam proses belajar mengajar siswa saling
ketergantungan positif.
Setiap anggota siswa berhak menjadi ahli dalam
kelompoknya.
Kekurangannya yaitu :
Membutuhkan waktu yang lama.
Siswa cenderung tidak mau apabila disatukan
dengan temannya yang kurang pandai apabila ia sendiri yang pandai dan yang
kurang pandaipun merasa minder apabila di gabungkan dengan temannya yang pandai
walaupun lama kelamaan perasaan itu akan hilang dengan sendirinya.
3.Investigasi Kelompok
Investigasi
kelompok di kembangkan oleh Shalomo
& Yael Sharoon di Universitas Tel Aviv. Investigasi kelompok adalah
strategi belajar kooperatif yang menempatkan siswa kedalam kelompok untuk
melakukan investigasi terhadap suatu topic.
Investigasi
kelompok di kembangkan berdasarkan pada pendapat beberapa pemikir terdahulu.
Sekolah perlu membantu siswa untuk belajar bekerja sama dengan siswa yang lain
dalam suatu proyek yang bermakna, sehingga siswa dapat melakukan hal yang sama
dalam masyarakat. Peran guru dalam proses ini adalah membantu siswa untuk
mengidentivikasi dan memecahkan masalah bermakna bagi siswa.
Herbert Thelen adalah ahli pendidikan
yang berpengaruh dalam pengembangan investigasi kelompok. Belajar menurutnya
akan sangat efektif jika melibatkan pencarian jawaban terhadap sutu pertanyaan
atau masalah. Thelen berpendapat
bahwa penemuan akan sangat bermakna jika di lakukan dalam konteks social.
Investigasi kelompok menyediakan kesempatan kepada siswa untik mengejar
pertanyaan bermakana dari teman –temannya jika berada dalam kelompok.
Shoron telah menggunakan investigasi
kelompok untuk meningkatkan kohesi social antar kelompok yang berbeda. Dalam
penelitiannya, mereka menemukan bahwa investigasi kelompok dapat menjadi
efektif dalam membantu siswa dari berbagai latar belakang berbeda untuk belajar
bekerja sama. Investigasi kelompok menyediakan konteks sehinnga siswa dapat
belejar mengenal dirinya sendiri dan orang lain.
Tujuan investigasi kelompok yang saling berkaitan yaitu:
1.
Investigasi kelompok membantu siswa untuk melakukan investigasi
terhadap sutu topic secara sistematik dan analitik. Hal ini berakibat pada
pengembangan keterampilan penemuan dan membantu untuk mencapai tujuan.
2.
Pemahaman yang mendalam terhadap topic yang diberikan
3.
Dalam investasi kelompok siswa belajar bagaimana
bekerja secara koopertif dalam memecahkan masalah.menemukan bahwa investigasi
kelompok dapat menjadi efektif dalam membantu siswa dari berbagai latar
belakang berbeda untuk belajar bekerja sama. Investigasi kelompok menyediakan
konteks sehingga siswa dapat belejar mengenal dirinya sendiri dan orang lain.
D.PERENCANAAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Perencanaan untuk melakukan pembelajaran
kooperatif melibatkan 5 tahapan yaitu :
1.
Menentukan tujuan khusus
Aktivitas
dalam pembelajaran kooperatif di desain untuk mencapai tujuan utama, yaitu
mengembangkan keterampilan penemuan (inkuiri) mengembangkan keterampilan
bekerja sama dan memperoleh pemahaman yang mendalam terhadap materi.
2.
Merencanakan pengumpulan informasi
Pemecahan
masalah dan inkuiri tidak terjadi dalam kekosongan informasi. Siswa memerlukan
akses terhadap informasi yang dapat di gunakan dalam mengarahkan usahamereka.
Pengumpulan informasi dapat berupa mengoleksi buku – buku atau bekerja sama
dengan pihak perpustakaan untuk memestikan bahwa sumber – sumber yang di
butuhkan tersedia.
3.
Membentuk kelompok
Model
pembelajaran kooperatif mempunyai kelebihan yaitu membantu siswa dengan
berbagai latar belakang berbeda untuk bekerja sama. Pembentukan kelompok disesuaikan
denga tipe dan jenis pembelajaran kooperatif. Langkah pertama untuk mencampai
tujuan itu adalah membentuk kelompok dengan anggota yang beragam.
4.
Mendesain aktifitas kelompok
Pembelajaran
kooperatif membutuhkan tingkat kerja yang tinggi. Siswa harus bekerja sama
dalam membuat keputusan mengenai peran mereka.
5.
Mendesain aktifitas kelompok secara keseluruhan
Perencanaan
terakhir adalah adalah mendesain aktifitas untuk memperkenalkan tujuan
pembelajaran kooperatif. Aktifitas ini didesain agar siswa mengerti tujuan
aktifitas dan bentuk hasil yang di harapkan.
Disusun Oleh Kelas VA
1.
Marlinda
2.
Linda
3.
Sri Sintha
4.
Jamaludin
5.
Sri Maryati
6.
Ajhar
7.
Hasiah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar