A.
MODEL
IDI
Pengembangan instruksional model ID (Instruksional
Development Institute) merupakan suatu hasil konsorsium antar perguruan
tinggi di Amerika Serikat yang dikenal dengan Uniiversity Consorsium
Instructional Development and Technology (UCIDT).[3]
Model IDI ini telah dikembangkan dan diuji-cobakan pada
beberapa negara di Asia dan Eropa dan telah berhasil di 334 institusi pendidikan
di Amerika. Sebagaimana halnya dengan model-model pengembangan instruksional
lainnya, model ini juga menggunakan model pendekatan sistim yang meliputi tiga
tahapan, yakni;
1)
Penentuan
(define)
2)
Pengembangan
(develop)
3)
Penilaian
(evaluate)
B.
PENGERTIAN
DESAIN INTRUKSIONAL DEVELOPMENT INSTITUTE
v Suatu proses yang kompleks dan terpadu dari
manusia,prosedur, ide,alat dan organisasi untuk mengelola usaha pemecahan
masalah dalam situasi belajar dan terkontrol.
v Pemecahan masalah pengajaran dengan pendekatan sistem
berdasarkan konsepsi tehnologi intruksional yang merupakan bagian dari
tehnologi pendidikan.
v Pemecahan masalah berbentuk sistem intruksional yang
lengkap,yang merupakan kombinasi dari komponen sistem intruksional yang sengaja
dirancang dipilih dan digunakan secara terpadu[4].
Terdapat tiga alasan pengembangan
model instruksional yang dilakukan dalam teknologi pendidikan, yaitu: pertama,
sebagai alat untuk dikomunikasikan kepada calon peserta didik dan pihak
lainnya; kedua, sebagai rancangan yang digunakan dalam pengelolaan
pembelajaran; dan ketiga, model yang sederhana memudahkan untuk dikomunikasikan
kepada calon peserta didik, serta model yang rinci akan memudahkan dalam
pengelolaan dan pembuatan keputusan penggunaannya. Model instruksional yang
generik memudahkan setiap pihak yang mengadopsinya untuk mengimplementasikan
dalam berbagai macam setting. Apabila diklasifikasi model-model yang berkembang
dapat digolongkan ke dalam dua bentuk, yaitu model mikro yang diantaranya
dikembangkan oleh Banathy (1968), dan model makro yang dikembangkan the
National Special Media Instritute (1971) yang disebut dengan the Instructional
Development Institute (IDI). Model Bela H Banathy memiliki pendekatan terhadap
peserta didik sebagai pusat sistem pembelajaran, dan modelnya ditujukan untuk
kepentingan guru dalam mengelola kegiatan belajar. Model ini diadopsi dalam
pengembangan sistem pembelajaran di Indonesia, dan disebut dengan Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Sedangkan model IDI bertujuan untuk
membantu sekolah yang memiliki keterbatasan resources, adanya sejumlah guru
yang memiliki dedikasi yang kuat dan ingin membantu peserta didik, dan
mengharapkan untuk menemukan inovasi sebagai solusi yang efektif untuk
memecahkan masalah belajar dan pembelajaran. Model IDI ini divalidasi oleh
konsorsium empat perguruan tinggi: Michigan State University, Syracuse
University, the United States International University, dan the University of
Southern California. Model IDI ini memiliki keberhasilan yang sangat optimal
dalam memecahkan pembelajaran peserta didik, dan para ahli mengakui bahwa model
pembelajaran ini sebagai hasil rekayasa pembelajaran yang sangat matang.
Desain
instruksional
adalah keseluruhan proses analisis kebutuhan dan tujuan belajar serta
pengembangan tekhnik mengajar dan materi pembelajarannya untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. Termasuk didalamnya adalah pengembangan paket pembelajaran,
kegiatan mengajar, uji coba, revisi dan keggiatan mengevaluasi hasil belajar.
Pendekatan sistim dalam pendidikan dapat mencakup beberapa daerah bidang
garapan. Misalnya pendekatan sistem kurikulum, sistem pembelajaran, sistem
implementasi, dan sebagainya. [5]
C.
ASUMSI DASAR
YANG MELANDASI PERLUNYA DESAIN
Ø Diarahkan untuk membantu proses belajar secara indifidual.
Ø Desain pembelajaran mempunyai fase-fase jangka pendek dan
jangka panjang .
Ø Dapat mempengaruhi perkembangan individu secara maksimal.
Ø Didasarkan kepada pengetahuan tentang cara belajar
manusia.
Ø Dilakukan dengan menerapkan pendekatan sistem.
D.
IDENTIFIKASI
MASALAH
Identifikasi maslah
dimulai dengan Need Assesment seperti kita ketahui kebutuhan individu (anak
didik dan keluarganya) dan kebutuhan masyarakat Pada prinsipnya neer Assesment
berusaha menemukan perbedaan (discrepancy) antara apa yang ada sekarang dan apa
yang idealnya yang diinginkan
BAGAN IDENTIFIKASI
MASALAH DALAM PROSES PEMBELAJARAN VERSI IDI
E.
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL IDI
Model IDI, dikembangkan oleh University Consortium for
Iinstructional development and Technology (UCIDT), pengembangan model IDI
menerapkan prinsip-prinsip pendekatan sitem, yaitu penentuan ( define ),
pengembangan ( develop ), dan evaluasi ( evaluate ). Ketiga
tahapan ini dihubungkan dengan umpan balik ( feedback ) untuk mengadakan
revisi. Perencanaan (desain) intruksional ini dimaksudkan untuk bisa
dipergunakan di SD, SMP, SMA, SMK, maupun perguruan tinggi. Juga bisa
diterapkan dari suatu kompetensi dasar, dan untuk suatu standar kompetensi yang
akan melibatkan beberapa pengajar. Desain instruksional ini dirancang untuk
menjawab tiga pertanyaan :
- Apa yang dikuasai (kompetensi dasar)
- Apa/bagaimana prosedur (indikator pencapaian hasil belajar), sumber-sumber belajar apa yang tepat untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan.
- Bagaimana kita tahu bahwa hasil belajar yang diharapkan telah tercapai (evaluasi)
1.
Tahap
Penentuan (Define)
Identifikasi
masalah dimulai dengan analisis kebutuhan atau disebut need Assesment. Need
Assesment ini berusaha mencari perbedaan antara apa yang ada dan apa yang
idealnya. Karena banyaknya kebutuhan pengajaran, maka perlu ditentukan
prioritas mana yang lebih dahulu dan mana yang selanjutnya. ada tiga hal yang
perlu dipertimbangkan yaitu : Karakteristik siswa, Kondisi dan Sumber yang
relevan
2.
Tahap
Pengembangan ( Develop )
Identifikasi
tujuan yaitu dengan menganalisis terlebih dahulu tujuan instruksional yang
hendak dicapai, baik tujuan intruksional umum (TIU) dalam hal ini IDI
menyebutkan dengan Terminal Objektives. TIK Merupakan penjabaran lebih rinci
dari TIU.
TIK Diperlukan Karena :
- Membantu siswa dan guru untuk memahami apa yang diharapkan sebagai hasil dari kegiatan instruksional
- TIK merupakan building blocks dari pembelajaran yang diberikan
- TIK merupakan indikator tingkah laku yang harus dicapai oleh siswa sesuai dengan kegiatan instruksional yang diberikan
Dalam
menentukan metode pembelajaran, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan
antara lain :
Metode
apa yang cocok digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
Bagaimana
urutan bahan yang akan disajikan
Bentuk
instruksional apa yang dipilih sesuai dengan karakteristik siswa dan kondisinya
(ceramah, diskusi, praktikum, karyawisata, tugas individu/kelompok, dan
lain-lain)
3.
Tahap
Penilaian (Evaluate)
Setelah
program instruksional disusun diadakan tes uji coba untuk menentukan kelemahan
dan keunggulan, serta efisiensi dan keefektifan dari program yang dikembangkan.
Analisis hasil
Hasil uji coba yang
dilakukan perlu dianalisis terutama yang berkenaan dengan;
Ø Apakah
tujuan dapat dicapai, bila tidak atau belum semuanya, dimanakah letak
kesalahannya?
Ø Apakah
metode atau teknik yang dipakai sudah cocok denganpencapaian tujuan-tujuan
tersebut, mengingat karakteristik siswa yang telah diidentivikasi?
Ø Apakah
tidak ada kesalahan dalam pembuatan instrumen evaluasi?
Ø Apakah sudah dievaluasi hal-hal yang
seharusnya perlu dievaluasi?