SELAMAT DATANG DI BLOG EFFECTIVE LEARNING

Selasa, 29 November 2011

Pendekatan Open Ended Problem


a.      Pengertian Pendekatan Open-Ended
Menurut Suherman dkk (2003; 123) problem yang diformulasikan memiliki multijawaban yang benar disebut problem tak lengkap atau disebut juga Open-Ended problem atau soal terbuka. Siswa yang dihadapkan dengan Open-Ended problem, tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada cara bagaimana sampai pada suatu jawaban. Dengan demikian bukanlah hanya satu pendekatan atau metode dalam mendapatkan jawaban, namun beberapa atau banyak.
Sifat “keterbukaan” dari suatu masalah dikatakan hilang apabila hanya ada satu cara dalam menjawab permasalahan yang diberikan atau hanya ada satu jawaban yang mungkin untuk masalah tersebut. Contoh penerapan masalah Open-Ended dalam kegiatan pembelajaran adalah ketika siswa diminta mengembangkan metode, cara atau pendekatan yang berbeda dalam menjawab permasalahan yang diberikan bukan berorientasi pada jawaban (hasil) akhir.
Pembelajaran dengan pendekatan Open-Ended diawali dengan memberikan masalah terbuka kepada siswa. Kegiatan pembelajaran harus mengarah dan membawa siswa dalam menjawab masalah dengan banyak cara serta mungkin juga dengan banyak jawaban (yang benar), sehingga merangsang kemampuan intelektual dan pengalaman siswa dalam proses menemukan sesuatu yang baru.
Tujuan dari pembelajaran Open-Ended problem menurut Nohda (Suherman, dkk, 2003; 124) ialah untuk membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan pola pikir matematik siswa melalui problem posing secara simultan. Dengan kata lain, kegiatan kreatif dan pola pikir matematik siswa harus dikembangkan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan setiap siswa.
Pendekatan Open-Ended menjanjikan kepada suatu kesempatan kepada siswa untuk meginvestigasi berbagai strategi dan cara yang diyakininya sesuai dengan kemampuan mengelaborasi permasalahan. Tujuannya tiada lain adalah agar kemampuan berpikir matematika siswa dapat berkembang secara maksimal dan pada saat yang sama kegiatan-kegiatan kreatif dari setiap siswa terkomunikasi melalui proses pembelajaran. Inilah yang menjadi pokok pikiran pembelajaran dengan Open-Ended, yaitu pembelajaran yang membangun kegiatan interaktif antara matematika dan siswa sehingga mengundang siswa untuk menjawab permasalahan melalui berbagai strategi.
Dalam pembelajaran dengan pendekatan Open-Ended, siswa diharapkan bukan hanya mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada proses pencarian suatu jawaban. Menurut Suherman dkk (2003:124) mengemukakan bahwa dalam kegiatan matematik dan kegiatan siswa disebut terbuka jika memenuhi ketiga aspek berikut:
a.       Kegiatan siswa harus terbuka
Yang dimaksud kegiatan siswa harus terbuka adalah kegiatan pembelajaran harus mengakomodasi kesempatan siswa untuk melakukan segala sesuatu secara bebas sesuai kehendak mereka.
b.      Kegiatan matematika merupakan ragam berpikir
Kegiatan matematik adalah kegiatan yang didalamnya terjadi proses pengabstraksian dari pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari ke dalam dunia matematika atau sebaliknya.
c.     Kegiatan siswa dan kegiatan matematika merupakan satu kesatuan
Dalam pembelajaran matematika, guru diharapkan dapat mengangkat pemahaman dalam berpikir matematika sesuai dengan kemampuan individu. Meskipun pada umumnya guru akan mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan pengalaman dan pertimbangan masing-masing. Guru bisa membelajarkan siswa melalui kegiatan-kegiatan matematika tingkat tinggi yang sistematis atau melalui kegiatan-kegiatan matematika yang mendasar untuk melayani siswa yang kemampuannya rendah. Pendekatan uniteral semacam ini dapat dikatakan terbuka terhadap kebutuhan siswa ataupun terbuka terhadap ide-ide matematika.
            Pada dasarnya, pendekatan Open-Ended bertujuan untuk mengangkat kegiatan kreatif siswa dan berpikir matematika secara simultan. Oleh karena itu hal yang perlu diperhatikan adalah kebebasan siswa untuk berpikir dalam membuat progress pemecahan sesuai dengan kemampuan, sikap, dan minatnya sehingga pada akhirnya akan membentuk intelegensi matematika siswa.
b.      Mengkonstruksi Masalah Open-Ended
Menurut Suherman, dkk (2003 : 129-130) mengkonstruksi dan mengembangkan masalah Open-Ended yang tepat dan baik untuk siswa dengan tingkat kemampuan yang beragam tidaklah mudah. Akan tetapi berdasarkan penelitian yang dilakukan di Jepang dalam jangka waktu yang cukup panjang, ditemukan beberapa hal yang dapat dijadikan acuan dalam mengkonstruksi masalah, antara lain sebagai berikut:
ü      Menyajikan permasalahan melalui situasi fisik yang nyata di mana konsep-konsep matematika dapat diamati dan dikaji siswa.
ü      Menyajikan soal-soal pembuktian dapat diubah sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan hubungan dan sifat-sifat dari variabel dalam persoalan itu.
ü      Menyajikan bentuk-bentuk atau bangun-bangun (geometri) sehingga siswa dapat membuat suatu konjektur.
ü      Menyajikan urutan bilangan atau tabel sehingga siswa dapat menemukan aturan matematika.
ü      Memberikan beberapa contoh konkrit dalam beberapa kategori sehingga siswa bisa mengelaborasi siifat-sifat dari contoh itu untuk menemukan sifat-sifat dari contoh itu untuk menemukan sifat-sifat yang umum.
ü      Memberikan beberapa latihan serupa sehingga siswa dapat menggeneralisasai dari pekerjaannya.
c.       Menyusun Rencana Pendekatan Open-Ended
Apabila guru telah mengkonstruksikan atau menformulasi masalah Open-Ended dengan baik, tiga hal yang harus diperhatikan dalam pembelajaran sebelum masalah itu ditampilkan di kelas adalah:
1)       Apakah masalah itu kaya dengan konsep-konsep matematika dan berharga?
Masalah Open-Ended harus medorong siswa untuk berpikir dari berbagai sudut pandang. Disamping itu juga harus kaya dengan konsep-konsep matematika yang sesuai untuk siswa berkemampuan tinggi maupun rendah dengan menggunakan berbagai strategi sesuai dengan kemampuannya.
2)       Apakah tingkat matematika dari masalah itu cocok untuk siswa?
Pada saat siswa menyelesaikan masalah Open-Ended, mereka harus menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka punya. Jika guru memprediksi bahwa masalah itu di luar jangkauan kemampuan siswa, maka masalah itu harus diubah/diganti dengan masalah yang berasal dalam wilayah pemikiran siswa.
3)       Apakah masalah itu mengundang pengembangan konsep matematika lebih lanjut?
Masalah harus memiliki keterkaitan atau hubungan dengan konsep-konsep matematika yang lebih tinggi sehingga dapat memacu siswa untuk berpikir tingkat tinggi.
Pada tahap ini hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan rencana pembelajaran yang baik adalah sebagai berikut:
1)      Tuliskan respon siswa yang diharapkan.
Pembelajaran matematika dengan pendekatan Open-Ended, siswa diharapkan merespons masalah dengan berbagai cara sudut pandang. Oleh karena itu, guru harus menyiapkan atau menuliskan daftar antisipasi respons siswa terhadap masalah. Kemampuan siswa terbatas dalam mengekpresikan ide atau pikirannya, mungkin siswa tidak akan mampu menjelaskan aktivitasnya dalam memecahkan masalah itu. Tetapi mungkin juga siswa mampu menjelaskan ide-ide matematika dengan cara yang berbeda. Dengan demikian, antisipasi guru membuat atau menuliskan kemungkinan repsons yang dikemukakan siswa menjadi penting dalam upaya mengarahkan dan membantu siswa memecahkan masalah sesuai dengan cara kemampuannya.
2)      Tujuan dari masalah itu diberikan kepada siswa harus jelas.
Guru memahami dengan baik peranan masalah itu dalam keseluruhan rencana pembelajaran. Masalah dapat diperlakukan sebagai topik yang tertentu, seperti dalam pengenalan konsep baru kepada siswa, atau sebagai rangkuman dari kegiatan belajara siswa. Berdasarkan pengalaman, masalah Open-Ended efektif untuk pengenalan konsep baru atau rangkuman kegiatan belajar.
3)      Sajikan masalah semenarik mungkin bagi siswa
Konteks permasalahan yang diberikan atau disajikan harus dapat dikenal baik oleh siswa, dan harus membangkitkan keingintahuan serta semangat intelektual siswa. Oleh karena masalah Open-Ended memerlukan waktu untuk berpikir dan mempertimbangkan strategi pemecahannya, maka masalah itu harus mampu menarik perhatian siswa.
4)      Lengkapi prinsip formulasi masalah, sehingga siswa mudah memahami maksud masalah itu
Masalah harus diekspresikan sedemikian rupa sehingga siswa dapat memahaminya dengan mudah dan menemukan pendekatan pemecahannya. Siswa dapat mengalami kesulitan, bila eksplanasi masalah terlalu singkat. Hal itu dapat timbul karena guru bermaksud memberikan terobosan yang cukup kepada siswa untuk memilih cara dan pendekatan pemecahan masalah. Atau dapat pula diakibatkan siswa memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki pengalaman belajar karea terbiasa megikuti petunjuk-petunjuk dari buku teks.
5)      Berikan waktu yang cukup bagi siswa untuk mengekplorasi masalah.
Terkadang waktu yang dialokasikan tidak cukup dalam menyajikan masalah, memecahkannya, mendiskusikan pendekatan dan penyelesaian,, dan merangkum dari apa yang telah dipelajari siswa. Karena itu, guru harus memberi waktu yang cukup kepada siswa untuk mengekplorasi masalah. Berdiskusi secara aktif antar sesama siswa dan antara siswa dengan guru merupakan interaksi yang sangat penting dalam pembelajaran dengan pendekatan Open-Ended.
d. Keunggulan dan Kelemahan Pendekatan Open-Ended
Keunggulan Pendekatan Open-Ended
    Pendekatan Open-Ended ini menurut Suherman, dkk (2003:132) memiliki beberapa keunggulan antara lain:
a.   Siswa berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan idenya.
b.   Siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan matematik secara komprehensif.
c.    Siswa dengan kemapuan matematika rendah dapat merespon permasalahan dengan cara mereka sendiri.
d.    Siswa secara intrinsik termotivasi untuk memberikan bukti atau penjelasan.
e.    Siswa memiliki pengelaman banyak untuk menemukan sesuatu dalam menjawab permasalahan.
Kelemahan Pendekatan Open-Ended
            Disamping keunggulan, menurut Suherman, dkk (2003;133) terdapat pula kelemahan dari pendekatan Open-Ended, diantaranya:
a.    Membuat dan menyiapkan masalah matematika yang bermakna bagi siswa bukanlah pekerjaan mudah.
b.    Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami siswa sangat sulit sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan bagaimana merespon permasalahan yang diberikan.
c.     Siswa dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau mencemaskan jawaban mereka.
d.     Mungkin ada sebagaian siswa yang merasa bahwa kegiatan belajar mereka mereka tidak menyenangkan karena kesulitan yang mereka hadapi.
Daftar Pustaka
Di copy dari www.psb-psma.org. tugasnya kelompok 4, M. Salahudin, Aden Irawan, Mustakim, M.Aula, Fatimah, lukman, Imam Algazali.

Rabu, 02 November 2011

Pembelajaran Kooperatif VA



A.    PENGERTIAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistim yang di dasarkan pada alasan bahwa manusia sebagai makhluk individu yang berbeda satu sama lain sehingga kosenkuensi logisnya manusia harus menjadi mahluk social, makhluk yang berinteraksi dengan sesama.
Belajar kooperatif merupakan kegiatan yang berlangsung dalam lingkungan belajar sehingga siswa dalam kelompok kecil saling berbagi ide – ide dan bekerja sama untuk menyelesaikan tugas akademik.
Dafidson & Kroll menyatakan bahwa di dalam belejar kooperatif, siswa tidak hanya di tuntut secara individual berupaya untuk mencapai sukses atau berusaha mengalahkan rekan mereka, melainkan dituntut untuk dapat bekerja sama untuk mencapai hasil bersama, aspek social sangat menonjol dan siswa di tuntut untuk bertanggung  jawab terhadap keberhasilan kelompoknya.
Selain itu, Salvin juga berpendapat bahwa belajar kooperatif adalah siswa belajar dalam kelompok kecil yang bersifat heterogen dari segi gender, etnis dan kemampuan akademik untuk saling membantu satu sama lain dalam mencampai tujuan bersama. Selain dapat di gunakan untuk siswa yang bersifat heterogen, belajar kooperatif juga dapat di gunakan pada setiap jenjang pendidikan mulai tamak kanak- kanak sampai perguruan tinggi, dalam semua bidang materi dan sembarang tugas.
Model pembelajaran kooperatif di kembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik, model pembelajaran kooperatif juga efektif untuk mengembangkan keterampilan social siswa.
Jadi belajar kelompok dengan cara kerja sama antar siswa dapat mendorong timbulnya gagasan yang lebih bermutu dan meningkatkan kreativitas siswa, pembelajaran juga dapat mempertahankan nilai social bangsa Indonesia yang perlu dipertahankan. Ketergantungan timbal balik mereka memotivasi mereka untuk dapat bekerja lebih keras untuk keberhasilan mereka.

B.     TUJUAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Tujuan penting dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaburasi. Keterampilan ini amat penting untuk di miliki di dalam masyarakat di mana banyak kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantungan satu sama lain dan dimana masyarakat secara budaya semakin beragam.
Menurut Linda Lungren dalam ( Ibrahim, dkk.2000 : 18 ) ada beberapa manfaat/ tujuan pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan prestasi belajar yang rendah, yaitu:
1.      Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas.
2.      Rasa harga diri menjadi lebih tinggi.
3.      Memperbaiki sikap terhadap IPA dan sekolah.
4.      Memperbaiki kehadiran.
5.      Angka putus sekolah menjadi rendah.
6.      Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar.
7.      Perilaku menggangu menjadi lebih kecil.
8.      Konflik antar pribadi berkurang.
9.      Pemahaman yang lebih mendalam.
10.  Motivasi lebih besar.
11.  Hasil belajar lebih tinggi.
12.  Retensi lebih tingg.i
Jadi, pembelajaran kooperatif mencerminkan pandangan bahwa manusia belajar dari pengalaman mereka dan partisipasi aktif dalam kelompok kecil membantu siswa belajar keterampilan social yang penting, sementara itu secara bersamaan mengembangkan sikap demokrasi dan keterampilan berpikir logis.
Menurut Johson terdapat lima (5) unsure penting dalam belajar kooperatif, yaitu sebagai berikut:
1.      Saling Ketergantungan Positif
Dalam belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja sama untuk mencampai satu tujuan dan terikat satu sama lain.
Seorang siswa tidak akan sukses kecuali semua anggota kelompoknya juga sukses.
2.      Interaksi Antar Siswa
Belajar kooperatif akan meningkatkan interaksi antar siswa. Hal ini terjadi dalam hal seorang siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok. Saling memberikan bantuan ini akan berlangsung secara alamiah karena kegagalan seseorang dalam kelompok mempengaruhi suksesnya suatu kelompk tersebut. Jadi, untuk mengatasi masalah ini, siswa yang membutuhkan bantuan akan mendapatkan dari teman sekelompoknya. Interaksi yang terjadidala belajar kooperatif adalah dalam hal tukar menukar idemengenai masalah yang sedang di pelajari bersama.

3.      Tanggung Jawab Individual
Tanggung jawab individual dalam belajar kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal:
a.       Membantu siswa yang membutuhkan bantuan
b.      Bahwa siswa tidak dapat hanya sekedar mencontek pada hasil kerja teman sekolompoknya.
4.      Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil
Dalam belajar kooperatif, selain dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya. Bagaimana siswa bersikap sebagai anggota kelompok dan menyanpaikan ide dalam kelompok akan menuntut keterampilam khusus.
5.      Evaluasi proses kelompok
Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa proses kelompok. Proses kelompok terjadi anggota kelompok mendiskusikan bagaimana meraka akan mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja sama yang baik.
Karakteristik Pembelajaran Kooperatif Adalah:
*      Siswa bekerja dalam kelompok untuk menuntaskan materi balajar
*      Kelompok di bentuk dari siswa yang memiliki keterampilan tinggi, sedang dan rendah.
*      Bilamana mungkin , anggota kelompok derasal dari ras, budaya, suku, dan jenis kelamin yang berbeda.
*      Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang inidvidu.
Konsep utama dari belajar kooperatif menurut Slavin adalah sebagai berikut:
v  Penghargaan kelompok, yang akan di berikan jika kelompok mencampai criteria yang di tentukan.
v  Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya suatu kelompok tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok. Tanggung jawab ini terfokus dalam usaha untuk membantu yang lain dan memastikan setiap anggota kelompok telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan yang lain.
v  Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah membantu kelompok dengan cara meningkatakan belajar mereka sendiri.
Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
Belajar koopertif mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan
1.      Kelebihan belajar kooperatif:

*      Kelebihan belajar kooperatif menurut Hill & Hill antara lain:
a.       Meningkatkan prestasi siswa.
b.      Memperdalam pemahaman siswa.
c.       Menyenangkan siswa.
d.      Mengembangkan sikap kepemimpinan.
e.       Mengembangkan sikap positif siswa.
f.       Mengembangkan sikap menghargai diri sendiri.
g.      Membuat belajar secara inklusif.
h.      Mengembangkan rasa saling memiliki.
i.        Mengembangkan keterampilan untuk masa depan.
*      Kelebihan Belajar Kooperatif menurut Johnson & Johnson, antara lain:
a.       Siswa dapat belajar lebih banyak.
b.      Siswa lebih menyukai lingkungan persekolahan.
c.       Siswa lebih menyukai satu sama lain.
d.      Siswa mempunyai penghargaan yang lebih besar terhadap diri sendiri.
e.       Siswa belajar keterampilan social secara lebih efektif.

Menurut Ibrahim belajar kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar dari pada dengan belajar Kompetitif dan Individualistik. Lebih lanjut Ibrahim menyatakan bahwa belajar kooperatif dapat mengembangkan tingkah laku kooperatif dan hubungan lebih baik antar siswa, dan dapat mengembangkan kemampuan akademik siswa. Siswa belajar lebih banyak dari teman mereka dalam belajar kooperatif dari pada guru.
2.      Kelemahan belajar kooperatif
Selain memiliki kelebihan, belajar kooperatif juga memiliki kelemahan, adapun kelemahan belajar kooperatif antara lain:
a.       Membutuhkan waktu yang lama bagi siswa, sehingga sulit mencapai target kurikulum.
b.      Membutuhkan waktu yang lama untuk guru sehingga kebanyakan guru tidak mau menggunakan strategi belajar kooperatif.
c.       Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat melekukan atau menggunakan strategi belejar kooperatif.
d.      Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja sama.

Meskipun belajar kooperatif memiliki kelemahan – kelemahan, namun masih dapat diatasi atau diminimalkan. Penggunaan waktu yang relative lebih lama dapat di atasi dengan cara menyediakan lembar kerja siswa ( LKS ) sehingga siswa dapat bekerja secara efektif dan efesien.
Penerapan belajar kooperatif memang memerlukan keterampilan khusus dari guru, sehingga semua guru dapat menerapkan kooperatif tersebut. Kelemahan – kelemahan belajar kooperatif dapat di atasi dengan pendekatan sosiologi bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh sebab itu siswa merasa perlu belajar sama dan berlatih bekerja sama dalam belajar secara kooperatif.

C.   JENIS – JENIS PEMBELAJARN KOOPERATIF
Belajar kooperatif dapat bebeda dalam banyak cara, tetapi dapat dikatagorikan sesuai dengan sifat:    1.  Tujuan kelompok,
2. Tangung jawab  individu,
3. Kesempatan yang sama untuk sukses,
                                    4. Kompetisi kelompok,
5. Spesialis tugas,
6. Adaptasi untuk kebutuhan indifidu.
Menurut Slvin terdapat berbagai model/jenis atau tipe belajar kooperatif diantaranya adalah STAD, Jigsaw,dan investigasi kelompok.
1.Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Team Achievement Division (STAD)
Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Studens Team Achievement Division), tipe ini dikembangkan pertama kali oleh Robet Slavin dan teman –temannya di Universitas John Hopkins dan merupakan model pembelajaran kooperatif paling sederhana ,  masing –masing kelompok memiliki kemampuan akademik yang heterogen,sehinga dalam satu kelompok akan terdapat satu siswa berkemampuan tinggi, dua orang kemampuan sedang dan satu siswa lagi berkemampuan rendah.
Para guru pengguna metode STAD untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu,baik melalui pengajian verbal maupun tertulis.
Kelebihan dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah:
*      Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan siswa lain.
*      Siswa dapat menguasai pelajaran yang di sampaikan.
*      Dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif.
*      Setiap siswa dapat mengisi satu sama lain.
Kekurangan pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah :
*      Membutuhkan waktu yang lama.
*      Tes, siswa di berikan kuis dan tes secara perorangan. Pada tahap ini setiap siswa harus memperhatikan kemampuannya dan menunjukan apa yang diperoleh dalam kegiatan kelompok dengan cara menjawab soal kuis atau tes sesuai dengan kemampuannya. Pada saat mengerjakan kuis atau tes ini, setiap siswa bekerja sama dengan anggota kelompoknya.
*      Penghargaan terhadap kelompok, berdasarkan skor peningkatan individu diperoleh skor kelompok. Dengan demikian, skor kelompok sangat tergantungdari sumbangan skor individu.

2.Pembelajaran Tipe Jigsaw
Jigsaw telah di kembangkan  dan di uji oleh Elliot Aronson dkk di Universitas Texas dan kemudian di adaptasi oleh Slaven dkk di Universitas Jhon Hopkins.
Langkah – langkah model Jigsaw di bagi menjadi 6 tahapan, yaitu :
*      Meyampaikan tujuan belajar dan membangkitkan motivasi
*      Menyajikan informasi kepada siswa dengan demonstrasi disertai penjelasan verbal, buku, teks, atau bentuk lain
*      Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok belajar
*      Mengelola dan membantu siswa dalam belajar kelompok dan kerja di tempat duduk masing – masing
*      Mengetes penguasaan kelompok atas bahan ajar
*      Pemberian penghargaan atau pengakuan terhadap hasil belajar siswa
Dalam pelaksanaan, pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihannya yaitu :
*      Setiap siswa dapat mengisi satu sama lain.
*      Siswa dapat menguasai pembelajaran yang di sampaikan.
*      Dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif.
*      Setiap anggota siswa berhak menjadi ahli dalam kelompoknya.
Kekurangannya yaitu :
*      Membutuhkan waktu yang lama.
*      Siswa cenderung tidak mau apabila disatukan dengan temannya yang kurang pandai apabila ia sendiri yang pandai dan yang kurang pandaipun merasa minder apabila di gabungkan dengan temannya yang pandai walaupun lama kelamaan perasaan itu akan hilang dengan sendirinya.

3.Investigasi Kelompok
Investigasi kelompok di kembangkan oleh Shalomo & Yael Sharoon di Universitas Tel Aviv. Investigasi kelompok adalah strategi belajar kooperatif yang menempatkan siswa kedalam kelompok untuk melakukan investigasi terhadap suatu topic.
Investigasi kelompok di kembangkan berdasarkan pada pendapat beberapa pemikir terdahulu. Sekolah perlu membantu siswa untuk belajar bekerja sama dengan siswa yang lain dalam suatu proyek yang bermakna, sehingga siswa dapat melakukan hal yang sama dalam masyarakat. Peran guru dalam proses ini adalah membantu siswa untuk mengidentivikasi dan memecahkan masalah bermakna bagi siswa.
Herbert Thelen adalah ahli pendidikan yang berpengaruh dalam pengembangan investigasi kelompok. Belajar menurutnya akan sangat efektif jika melibatkan pencarian jawaban terhadap sutu pertanyaan atau masalah. Thelen berpendapat bahwa penemuan akan sangat bermakna jika di lakukan dalam konteks social. Investigasi kelompok menyediakan kesempatan kepada siswa untik mengejar pertanyaan bermakana dari teman –temannya jika berada dalam kelompok.
Shoron telah menggunakan investigasi kelompok untuk meningkatkan kohesi social antar kelompok yang berbeda. Dalam penelitiannya, mereka menemukan bahwa investigasi kelompok dapat menjadi efektif dalam membantu siswa dari berbagai latar belakang berbeda untuk belajar bekerja sama. Investigasi kelompok menyediakan konteks sehinnga siswa dapat belejar mengenal dirinya sendiri dan orang lain.
Tujuan investigasi kelompok yang saling berkaitan yaitu:
1.      Investigasi kelompok membantu siswa untuk melakukan investigasi terhadap sutu topic secara sistematik dan analitik. Hal ini berakibat pada pengembangan keterampilan penemuan dan membantu untuk mencapai tujuan.
2.      Pemahaman yang mendalam terhadap topic yang diberikan
3.      Dalam investasi kelompok siswa belajar bagaimana bekerja secara koopertif dalam memecahkan masalah.menemukan bahwa investigasi kelompok dapat menjadi efektif dalam membantu siswa dari berbagai latar belakang berbeda untuk belajar bekerja sama. Investigasi kelompok menyediakan konteks sehingga siswa dapat belejar mengenal dirinya sendiri dan orang lain.

D.PERENCANAAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF
 Perencanaan untuk melakukan pembelajaran kooperatif melibatkan 5 tahapan yaitu :
1.      Menentukan tujuan khusus
Aktivitas dalam pembelajaran kooperatif di desain untuk mencapai tujuan utama, yaitu mengembangkan keterampilan penemuan (inkuiri) mengembangkan keterampilan bekerja sama dan memperoleh pemahaman yang mendalam terhadap materi.
2.      Merencanakan pengumpulan informasi
Pemecahan masalah dan inkuiri tidak terjadi dalam kekosongan informasi. Siswa memerlukan akses terhadap informasi yang dapat di gunakan dalam mengarahkan usahamereka. Pengumpulan informasi dapat berupa mengoleksi buku – buku atau bekerja sama dengan pihak perpustakaan untuk memestikan bahwa sumber – sumber yang di butuhkan tersedia.
3.      Membentuk kelompok
Model pembelajaran kooperatif mempunyai kelebihan yaitu membantu siswa dengan berbagai latar belakang berbeda untuk bekerja sama. Pembentukan kelompok disesuaikan denga tipe dan jenis pembelajaran kooperatif. Langkah pertama untuk mencampai tujuan itu adalah membentuk kelompok dengan anggota yang beragam.
4.      Mendesain aktifitas kelompok
Pembelajaran kooperatif membutuhkan tingkat kerja yang tinggi. Siswa harus bekerja sama dalam membuat keputusan mengenai peran mereka.
5.      Mendesain aktifitas kelompok secara keseluruhan
Perencanaan terakhir adalah adalah mendesain aktifitas untuk memperkenalkan tujuan pembelajaran kooperatif. Aktifitas ini didesain agar siswa mengerti tujuan aktifitas dan bentuk hasil yang di harapkan.

Disusun Oleh Kelas VA 
1.      Marlinda
2.      Linda
3.      Sri Sintha
4.      Jamaludin
5.      Sri Maryati
6.      Ajhar
7.      Hasiah